Proses
pernikahan adat Jawa biasanya dimulai dengan Siraman yang dilakukan sebagi
proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari sebelum ijab kabul,
(namun ada pula yang tidak melaksanakan siraman).
acara dilanjutkan dengan Midodareni, yaitu
malam kedua mempelai melepas masa lajang. Dalam acara Midodareni yang digelar
di kediaman mempelai wanita,
dan acara
nyantrik (untuk memastikan mempelai pria akan hadir pada ijab kabul dan
kepastian bahwa keluarga mempelai wanita siap melaksanakan perkawinan dan
upacara panggih di hari berikutnya).
Upacara Panggih
Upacara
panggih atau prosesi temu manten, biasanya dilakukan setelah akad nikah.
Iring-iringan pihak mempelai pria membawa kembang mayang yang dibawakan 2
manggolo. Dan iring-iringan mempelai wanita membawa kembang mayang yang dibawakan 2 domas.kembang mayang yang dibawa
dr pihak mempelai pria nantinya akan ditukar dengan kembang mayang dari pihak
mempelai wanita.
NB :
Domas dan
manggolo adalah 2 pasang remaja yang belum menikah.
Kembar
mayang adalah dua buah rangkaian hiasan yang terdiri dari dedaunan terutama
daun kelapa, yang ditancapkan ke sebuah batang pisang yang daun tersebut
dirangkai dalam bentuk seperti gunung, keris, cambuk, payung, belalang, dan
burung.
(menurut beberapa sumber kembang mayang dari
pihak mampelaipria adalah simbol dari
pembawa berkah , dan nantinya diletakkan di samping dekorasi pelaminan,
sedangkan kembang mayang dari mempelai wanita, dibawa keluar rumah dan
diletakkan di persimpangan depan gapura rumah atau dibuang keatap yang
tujuannya untuk mengusir roh jahat).
Setelah itu mempelai
wanita bertemu mempelai priadan melanjutkan upacara panggih,dengan melakukan :
1. Balangan suruh / lempar sirih /
balangan gantal
kira-kira
jarak 3 meteran, kedua mempelai saling melempar daun sirih yang diikat benang.Melempar
daun sirih ini melambangkan cinta kasih dan kesetiaan .
Balangan
berarti ‘melempar’ , sedangkan gantal berarti ‘daun sirih yang sudah diikat
dengan benang’. Suruh yang diikat dengan benang sebagai lambang perjodohan dan
telah diikat dengan tali suci
2. Wiji dadi
Mempelai pria
menginjak telur ayam hingga pecah, lalu mempelai wanita akan membasuh kaki mempelai
pria dengan air bunga. Seanjutnya mempelai pria menggandeng mempelai wanita
untuk berdiri disampingnya.
NB : (Proses
ini melambangkan seorang suami yang bertanggung jawab terhadap keluarganya, dan
istri yang taat melayani suaminya).
Perlengkapan
yang dipakai yaitu ranupada yang terdiri gayung, bokor, baki, bunga setaman.Ranupada
berarti ‘tempat mencuci kaki’, ranupada ini simbol tanda bakti istri kepada
suami. Gayung dipakai mempelai wanita untuk mengambil air dari bokor,
melambangkan supaya istri diberi kemudahan untuk melayani suami.Bokor dipakai
pada saat upacara wijikan sebagai tempat air bunga setaman.Bokor terbuat dari
tembaga atau logam yang kuat, maka dari itu bokor tidak mudah bocor.Bokor
mempunyai makna simbolik kekuatan. Bunga setaman melambangkan keharuman
cita-cita mengarungi bahtera rumah tangga.Baki digunakan sebagai alas dalam
wijikan atau memecah telur, mengandung makna jika sudah resmi menjadi suami
istri maka segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama.
3. Sinduran
[sindur adalah semacam selendang berwarna
merah, berpinggir putih berliku-liku].
Sindur ini
ditelungkupkan di pundak kedua mempelai oleh ibu mempelai wanita, kemudian
bapak mempelai wanita memegang ujung kain sindur dan menarik kedua
mempelai pelan-pelan menuju pelaminan,
ibu mempelai wanita meletakkan telapak
tangannya di bahu mempelai, mengiringi dibelakangnya.
artinya:bapak-ibu menunjukkan jalan menuju
kebahagiaan dan dorongan dalam membina rumah tangga. Dan sebagai tanda bahwa
kedua mempelai sudah diterima sebagai keluarga.Sedangkan Sindur yang berpinggir
lekuk-lekuk putih artinya jalan hidup itu tidak lurus tapi
berliku-liku, kadang diatas kadang dibawah.
NB : Perlu
diketahui bahwa, mulai proses sinduran,
orang tua mempelai pria dipersilahkan duduk di depan rumah, pelataran atau
tempat yang disediakan, karena tidak diperkenankan mengikuti rangkaian prosesi panggih lagi sampai acara
panggih selesai, barulah diadakan Upacara mertui/mapag besan.
4. Bobot Timbang
Kedua
mempelai duduk di pangkuan bapak mempelai wanita sebagai tanda kasih sayang
orangtua terhadap anak dan menantu .
NB : ibu
akan bertanya pada bapak: “ abot endi pak?”
[berat mana pak? Dan bapak
menjawab: “yen ditimbang pada abote” [kalau ditimbang sama beratnya]. yang artinya: kasih sayang terhadap anak dan
mantu sama besarnya, tidak membeda-bedakan.
Selanjutnya bapak memegang bahu kedua mempelai untuk didudukkan di
pelaminan.
5. Kacar-kucur/ tampa kaya:
Kacar kucur
/ tampa kaya adalah sebuah tahap dimana pengantin pria memberikan ‘lambang
harta’ dengan cara dikucurkan pada pangkuan pengantin wanita yang dibawahnya
dialasi dengan kain ‘Lambang harta’ yang terdiri dari beras dan segala macam
biji-bijian dan uang logam sebagai simbol rejeki yang melimpah. Diusahakan
isinya jangan sampai tercecer, karena tercecer melambangkan sikap yang boros.
Selanjutnya mempelai wanita menyerahkan ‘lambang harta’ yang sudah diikat
kepada Ibunya, hal ini mempunyai makna simbolis wujud bakti seorang anak
memberi apabila orang tua membutuhkan.
NB : Tampa
kaya mempunyai makna simbolik bahwa seorang pria bertanggung jawab untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya.Tampa kaya juga mempunyai makna sebagai lambang
bahwa sikap seorang wanita seharusnya bersyukur menerima nafkah dari suami
sebesar apapun dan mengelolanya dengan benar, cermat dan berhati-hati dan
sebagai seorang pria wajib bertanggung jawab akan kehidupan keluarganya, suami
tidak boleh curang, semua kekayaan hasil jerih payahnya harus diserahkan kepada
istrinya. Serta mempunyai makna pengharapan aliran rejeki yang lancar. Selain
itu juga mengandung makna wujud bakti seorang anak memberi atau membantu
apabila orang tua membutuhkan.
6. Dahar Klimah / dahar kembul dan
ngunjuk tirto wening
Saling
menyuapi dan minum bersama satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan
hidup bersama dalam susah maupun senang.
7. Mertui / mapag besan / jemput
besan
Orangtua
mempelai wanita menjemput orangtua
mempelai pria, (di depan rumah, pelataran atau di tempat yang disediakan
). Ini melambangkan Melambangkan
kerukunan antar keluarga kedua mempelai,
Mereka kemudian bersama-sama berjalan (bapak menggandeng bapak besan ,
dan ibu menggandeng ibu besan) menuju
tempat yang telah disediakan (pelaminan) untuk menerima sungkem dari
anak-anaknya
8. Sungkeman
Kedua
pengantin bersujud memohon restu dari masing-masing orangtua. Pertama-tama ayah
dan ibu pengantin wanita, kemudian baru ayah dan ibu pengantin pria
Ini sebagai
tanda bakti anak kepada orang tua yang telah membesarkannya hingga dewasa,
permohonan anak kepada orang tua supaya diampuni kesalahannya dan memohon doa
restu supaya dalam membina bahtera rumah tangga dapat bahagia dan sejahtera.
NB : apabila
pengantin pria menggunakan pakaian adat jawa (beskap), sebelum sungkeman Pengantin
pria melepaskan keris yang merupakan lambang kekuatan yang dipakainya ketika
sungkeman, hal ini sebagai penghormatan
kepada orang tua., serta sebesar apapun pangkat atau kekuatan yang dimiliki
oleh anak, dihadapan orangtuanya tidak boleh ditampakkan.
Acara temu
manten, atau panggih selesai dan dilanjutkan dengan resepsii.
Diambil dari beberapa sumber dan informasi